Memahami Fungsi PPIC
( Production Planning Inventory Control )
Pendahuluan
Fungsi Planning dalam perusahaan
(manufacture) dijalankan oleh bagian PPIC ( Production Planning and Inventory
Control ). Disamping memiliki fungsi production planning, PPIC juga memiliki
peranan dalam manajemen Inventory.
Inventory atau barang persediaan merupakan aset perusahaan yang berupa persediaan
bahan baku/raw material, barang-barang sedang dalam proses produksi, dan
barang-barang yang dimiliki untuk dijual. Karena inventory disimpan di
gudang, maka manajemen inventory dan gudang sangat berkaitan. Pergudangan
sendiri adalah kesatuan komponen didalam Suplay Chain product. Gudang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang ya, sampai digunakan dalam proses
produksi. Fungsi penyimpanan ini sering disebut ruang persediaan, gudang
bahan baku, dll. Perusahaan besar atau kecil, untuk pengadaan dan penyimpanan
barang ini diperlukan biaya besar. Biaya penyimpanan ini setiap tahun umumnya
mencapai sekitar 20 – 40% dari harga barang (Indrajit, R,E., Djokopranoto,R., Manajemen Persediaan, 2003, Gramedia, hal.3). Untuk itu diperlukan
strategi atau manajemen inventory yang baik agar biaya persediaan optimum.
Dalam Struktur Organisasi ada
beberapa variasi untuk mempertegas fungsi Planning dan Gudang (material
ware house dan Final Product ware house), untuk kondisi seperti ini, PPIC
bertanggung jawab pada Monitoring Persediaan ( Safety Stock, Mengeluarkan
Bill of Material, akurasi data inventory, efektivitas sistem invormasi ).
Sedangkan aktivitas pergudangan,
seperti; 1) Penerimaan, Penyimpanan, dan pengiriman raw material ke bagian
processing, 2) Penerimaan, Penyimpanan, dan pengiriman final product ke
Customer, 3) Mengoperasikan Sistem informasi, Umumnya dibawah
kendali Head Ware House setingkat Supervisor atau Manager, disesuaikan
dengan Lingkup tanggung jawabnya.
Production Planning Control
Tugas umum dari PPIC adalah menerima
order dari bagian Penjualan ( Sales/marketing ) lalu memastikan order ini
selesai dan dikirim ke customer pada waktu yang sudah disepakati. Simple bukan
?
Tidak sesimple definisinya, fungsi
PPIC berkaitan erat dengan fungsi Marketing, Purchasing, dan Produksi.
Disamping itu Informasi mengenai level of raw material, Work In Process (WIP),
Final Product, dan data stock opname untuk bagian Finance terutama dalam
pembuatan laporan keuangan perusahaan juga termasuk dalam tanggung jawab PPIC
.Beberapa perusahaan memiliki gaya manajemen production planning yang tampak berbeda secara teknis, tapi secara umum fungsi ini tidak jauh
berbeda. Situasi Market menuntut produsen mampu menerapkan strategi operasi
yang paling tepat. Salah satu contohnya, untuk menekan biaya penyimpanan,
customer menuntut produsen menerapkan model produksi make to order, dengan variasi item product yang tinggi
dan pemesanan dalam quantity kecil. Faktor ini akan sangat mempengaruhi model
system planning diperusahaan tersebut.
Saya mengajak anda untuk mendalami peran
PPIC secara spesifik. Ada cerita yang dapat menjelaskan pola ini, Kami memiliki
model produksi MTO, dengan market Jepang sebagai salah satu "potensial
market" , pola order barang dari sisi Customer/Distributor Jepang
sangat menarik. Saat barang datang di pelabuhan, kontainer langsung
didistribusikan ke Customer mereka. Jadi produk kami tidak perlu dikeluarkan
dari kontainer. Distributor ini sudah memasukkan jadwal kedatangan atau bongkar
muat saat sampai di Pelabuhan disana, jadi mereka tidak memerlukan Gudang
perantara untuk menyimpan. Tidak hanya ini, biasanya pola MTO ini diikuti oleh
variasi product yang sangat tinggi dalam Lot-lot order yang kecil, yang dalam
prakteknya akan membuat aktivitas produksi menjadi lebih sulit dan
berpotensi menaikkan cost.
Case seperti diatas menununjukkan begitu sulit bagi Manufacture untuk mengendalikan customer. Bermain di “ceruk” yang ketat, kita tidak boleh hanya berbicara function, tapi aspek-aspek lain yang dimiliki product akan menjadi nilai tambah, dalam memenangkan persaingan. Jika anda seorang praktisi PPIC yang familiar dengan proses Make To order (MTO), memiliki variasi item produk sangat tinggi, dan menerima oder dalam lot-lot kecil, model order seperti ini biasanya sangat merepotkan, terutama dalam tahap realisasi product. Entah ini kebetulan atau tidak, kondisi ini menjadi semacam bumerang bagi proses manufacturing secara keseluruhan. Salah satu problem internal terbesar manufacture kita yaitu fleksibilitas yang rendah, kemampuan bagian produksi dalam mengikuti strategi marketing kadang masih masih sangat kurang. Untuk itu PPIC bertanggung jawab dalam menentukan dan mengevaluasi sistem produksi, apakah harus dilakukan secara manual atau menggunakan soft ware dalam mengelolanya, mutlak sistem ini ada dibawah tanggung jawab PPIC. Terkadang, lemahnya pemahaman dan kesadaran leader-leader produksi akan hal ini menyebabkan sering adanya konflik internal antara PPIC dan Produksi. Saya ibaratkan hubungan PPIC dengan bagian produksi ibarat “Tom and Jerry”. Meskipun tidak menutup kemungkinan, dengan pertimbangan tertentu seperti fleksibilitas perubahan arah produksi, suplay material, dan distribusi data, antara PPIC dan Produksi berada dalam satu atap atau Divisi Operasional. Masing-masing dipimpin oleh Level Manager. Dari contoh case yang pernah saya temui dilapangan, model seperti ini memerlukan sosok Operasional Manager dengan leadership & knowledge yang sangat kuat, jika tidak akan terjadi over lapping Job, batas tanggung jawab yang tidak clear, dan yang paling bahaya yaitu konsesi-konsesi atau kesepakatan negatif yang berpengaruh pada mundurnya schedulle delivery dan konsumsi material yang relatif tinggi.
PPIC bukanlah robot, yang hanya menjalankan aktivitas sesuai prosedure yang berlaku. Tetapi secara Tim, PPIC berisi sekumpulan orang dengan qualifikasi dasar diantaranya, memiliki sifat pembelajar/learning people, memiliki analitycal skill, dan Sistematis. Jadi tidak hanya menjalankan sistem yang sudah ada, tetapi lebih pada memastikan sistem yang dijalankan efektif atau istilah saya "Rule Maker".
Case seperti diatas menununjukkan begitu sulit bagi Manufacture untuk mengendalikan customer. Bermain di “ceruk” yang ketat, kita tidak boleh hanya berbicara function, tapi aspek-aspek lain yang dimiliki product akan menjadi nilai tambah, dalam memenangkan persaingan. Jika anda seorang praktisi PPIC yang familiar dengan proses Make To order (MTO), memiliki variasi item produk sangat tinggi, dan menerima oder dalam lot-lot kecil, model order seperti ini biasanya sangat merepotkan, terutama dalam tahap realisasi product. Entah ini kebetulan atau tidak, kondisi ini menjadi semacam bumerang bagi proses manufacturing secara keseluruhan. Salah satu problem internal terbesar manufacture kita yaitu fleksibilitas yang rendah, kemampuan bagian produksi dalam mengikuti strategi marketing kadang masih masih sangat kurang. Untuk itu PPIC bertanggung jawab dalam menentukan dan mengevaluasi sistem produksi, apakah harus dilakukan secara manual atau menggunakan soft ware dalam mengelolanya, mutlak sistem ini ada dibawah tanggung jawab PPIC. Terkadang, lemahnya pemahaman dan kesadaran leader-leader produksi akan hal ini menyebabkan sering adanya konflik internal antara PPIC dan Produksi. Saya ibaratkan hubungan PPIC dengan bagian produksi ibarat “Tom and Jerry”. Meskipun tidak menutup kemungkinan, dengan pertimbangan tertentu seperti fleksibilitas perubahan arah produksi, suplay material, dan distribusi data, antara PPIC dan Produksi berada dalam satu atap atau Divisi Operasional. Masing-masing dipimpin oleh Level Manager. Dari contoh case yang pernah saya temui dilapangan, model seperti ini memerlukan sosok Operasional Manager dengan leadership & knowledge yang sangat kuat, jika tidak akan terjadi over lapping Job, batas tanggung jawab yang tidak clear, dan yang paling bahaya yaitu konsesi-konsesi atau kesepakatan negatif yang berpengaruh pada mundurnya schedulle delivery dan konsumsi material yang relatif tinggi.
PPIC bukanlah robot, yang hanya menjalankan aktivitas sesuai prosedure yang berlaku. Tetapi secara Tim, PPIC berisi sekumpulan orang dengan qualifikasi dasar diantaranya, memiliki sifat pembelajar/learning people, memiliki analitycal skill, dan Sistematis. Jadi tidak hanya menjalankan sistem yang sudah ada, tetapi lebih pada memastikan sistem yang dijalankan efektif atau istilah saya "Rule Maker".
Design Planning dan Inventory Control
Peran Sistem Informasi dalam aktivitas production planning sangat besar, begitu besarnya sampai
saya berani jamin, tanpa bantuan software, aktivitas planning tidak akan
optimal. Planning tidak hanya mengerjakan masalah perencanaan saja, tapi
terkait dengan manajemen inventory. Otomatis Planning harus memiliki Link
dengan Sistem Purchasing dan Ware house secara real time dan up date. Ini masih
dalam scope inventory, belum termasuk aktivitas pengawasan proses produksi.
Setiap perubahan dalam proses yang terkait dengan Penjadwalan ulang
(reschedulling), Pembuatan ulang (Remake), Permintaan tambahan material, dll,
pastinya akan mempengaruhi alokasi capasitas dan seluruh penjadwalan.
Pertanyaannya, mungkinkah Ms. Excel melakukannya? Jika yang saya masuk
sinkronisasi, yang saya tahu, jawabannya adalah “tidak mungkin”. Excel hanya
bisa mengerjakannya secara terpisah dan sangat tergantung pada operator untuk
melakukan rangkaian update.
Untuk lebih jelasnya berikut saya
sampaikan lingkup kerja PPIC :
Registrasi New Item dan Material
Setiap Item Product harus memiliki Item Code. Begitu pula Setiap material
dan supporting material yang digunakan sekecil apapun harus tercoding. Ada dua
jenis material, pertama Raw material, yaitu seluruh material yang
digunakan dalam proses pembentukan produk, dan kedua yaitu Supporting material,
yaitu material pembantu, yang digunakan untuk melengkapi unit Final product,
seperti plastic packaging, sticker, cartoon box, kertas label, dll.
Code untuk Regristasi ini berupa urutan
numerik/angka. Kode numerik digunakan agar dapat terbaca oleh sistem. Dalam
perkembangannya, untuk mempermudah input data, kode angka dikonversi lagi
kedalam barcode, sehingga proses input menggunakan scanner. Selain untuk
mempercepat waktu iniput, proses scanning menghasilkan data yang
sangat akurat dengan tingkat human error sangat rendah.
Item-item baru biasanya didapat
dari bagian R&D, setelah melalui uji coba dan berhasil, setelah di
verifikasi oleh Quality Control (QC), produk baru harus diregristasi oleh PPIC
lengkap dengan komponen penyusun dan formulasi per unit produk (
Material Requirement Planning/MRP )
Pengelolaan Inventory atau barang persediaan
Barang persediaan terdiri dari : 1)
Material dan Supporting Material, 2) Work In Process (WIP), dan 3) Final
Product.
Material dan Supporting Material (M&SM). Ada dua hal yang harus selalu diperhatikan untuk pengadaannya, yaitu;
1) M&SM tanpa melihat order customer , 2) M&SM berdasarkan
order customer. Dengan pertimbangan minimalisir biaya pengadaan dan buffer,
memiliki stock M&SM dalam batas optimum dengan beberapa metode peramalan
memberikan jaminan akan kelancaran proses ( fluently production process ).
Namun tidak menutup kemungkinan adanya emergency order
atau order spesial sehingga menyebabkan keluarnya Bill of material (BOM)
setelah kedatangan order customer atau setelah arrange order ( master
production schedulle/MPS )
Work In Process ( WIP ). Kondisi ideal, tahapan
process dari satu station ke station lainnya berlangsung secara continue. Namun
ada beberapa proses memerlukan pengelolaan khusus, akibatnya
produksi terbagi kedalam beberapa divisi berdasarkan proses. Pergeseran
barang ½ jadi terkadang tidak bisa sempurna atau satu banding satu.
Karena aspek kerumitan dan ongkos pengerjaan yang ekonomis, produk dari Divisi
A yang menjadi bahan baku untuk proses di divisi B, terkadang tidak
dibuat pas atau sesuai dengan order customer, mempertimbangkan aspek yang saya
sebut sebelumnya, quantity yang diproduksi kadang berlebih. Inilah yang disebut
WIP, bagian PPIC bertanggung jawab penuh dalam mengendalikan barang
persediaan jenis ini. Peranan Sistem Informasi dan penerapan logic proses yang
tepat dapat menjamin pengendalian WIP. PPIC akan selalu dapat
memantau progress produksi di semua tahapan proses.
Final Product. Barang persediaan
jenis ini relatif lebih mudah dikendalikan, karena posisinya sudah
di tahap akhir, dengan manajemen ware house yang baik, pengendalian final
product bisa dilakukan dengan baik. Poinnya, PPIC harus secara real time dan up
to date dalam menerima informasi mengenai final product siap dikirim ke
customer.
Planning dan Monitoring Proses Produksi
Mari memasuki intinya. PPIC
menjadi semacam Conection point dan Gate, antara dunia luar dan
Internal perusahaan dalam konteks realisasi produk. PPIC harus memberikan
informasi yang akurat mengenai proses internal ke Sales/Marketing, untuk
diteruskan ke Customer. Sama dengan dikehidupan sehari-hari, misal kita di posisi
customer, mau beli Gado-gado, kalo penjualnya lambat dan gak jelas kapan
selesainya, setiap ditanya jawabannya tidak tahu atau berulangkali
sampaikan,”maaf saya cek dulu”, hampir tidak ada kepastian kapan selesainya dan
berapa banyak yang bisa diselesaikan. Ini baru masalah gado-gado lho ya. Dalam
sebuah industri, bisa saja final product perusahaan kita menjadi material bagi
industri lainnya. Misal Industri kancing dan resleting menjadi material
bagi industri Garment. Inilah salah satu konsep dari “customer satisfaction” . Customer tidak bisa
melihat langsung ke dalam “dapur” anda, tapi bagaimana meresponse
datangnya order, akan memberikan gambaran seberapa kuat kemampuan manufacturing
perusahaan anda. Disinilah vitalnya peranan PPIC dan Sistem Informasi
dalam proses planning dan monitoring .
Tahapan dalam planning dan monitoring proses produksi
Arrange Order
Ini merupakan tahap awal dari
planning, yaitu menerima order dari Sales. Order ini bisa berupa direct
order dari customer, atau pembuatan stock untuk buffer saat peak season.
Kombinasi Make To order (MTO) dan Make To Stock (MTS). Beberapa perusahaan
menyebutnya Schedulling Rencana induk atau pembuatan Master Planning Schedule
(MPS). Schedulling ini masih belum detail, masih bersifat global dan memiliki
periode yang panjang 3 – 6 bulan. Data-data di MPS sangat penting untuk
memberikan informasi ke bagian produksi untuk mempersiapkan resourcesnya, dan
ke bagian purchasing untuk mempersiapkan material.
Meski masih didalam scope PPIC, beberapa
perusahaan yang sudah terintegrasi sistem informasinya, memberikan tugas input
arrange order ke bagian sales. Lho koq bisa…. Inilah keunggulan penerapan
sistem informasi yang integral. Purchase order dari Customer, langsung
diinput oleh sales, dan “real time” langsung masuk kedalam Master
Planning Schedulle. Bayangkan tinggal 1 klik saja, sistem sudah melakukan
arrange order secara automatis. Bagaimana melakukannya ?
Konsep dasarnya sebagai berikut. Dasar
dari konsep ini, yaitu menyerahkan pekerjaan reguler pada sistem. Karena logika
manusia sulit untuk mengolah informasi yang begitu banyak dan dalam waktu
singkat, sistem menggunakan logika machine, meski masih di back up dengan
proses manual operator. Ada beberapa parameter yang harus terpenuhi :
- Sistem memiliki data base mengenai sistem Grouping, yaitu menyatukan item produk yang melalui jalur proses yang sama, ibaratnya anda harus memiliki jalur seperti rel kereta api, untuk jelasnya saya sudah menulis detail teknisnya dalam artikel di link ini :http://www.dedylondong.blogspot.com/2012/01/bagaimana-cara-menentukan-lead-time.html . Sebanyak apapun variasi produk yang anda miliki, produksi sudah terbagi kedalam line-line / jalur imaginer, yang dapat teridentifikasi oleh sistem.
- Informasi ( data base ) mengenai capasitas setiap line produksi
- Informasi ( data base ) mengenai lead time setiap line produksi
- Informasi (data base )stock material
Dengan melihat sistem, PPIC secara
manual dapat memperkirakan keamanan suplay material yang dieprlukan, dan segera
membuka Purchase order jika dieprkirakan material tidak mencukupi. Input data
Bill of material (BOM), memiliki menu tersendiri, sehingga data base yang
tersedia tidak hanya kondisi aktual stock real time, tetapi progressnya, mulai
dari status : 1) purchase order (pembelian), 2) Arrive status ( tanggal
kedatangan ). Informasi ini progress ini sangat penting, karena
sistem hanya bisa melakukan alokasi order , jika status seluruh component material lokasinya sudah di
factory.
Alokasi & Monitoring Order
Setelah PO Customer ter input
kedalam database, secara real time sistem menginformasikan pada PPIC
estimasi schedulling dan status component material. Seperti yang saya sampaikan
data dalam Arrange order masih sangat kasar dan belum bisa dibaca oleh bagian
processing. Perusahaan yang terdiri dari beberapa divisi-divisi yang
saling tergantung ( dependent) memiliki kode-kode Gruping yang
berbeda-beda. Semakin mendekati proses akhir, pembagian grup/ Line ini semakin
terpecah semakin banyak. Disinilah pentingnya PPIC memahami total alur proses
realisasi produk.
Alokasi order bertujuan untuk membagi
Item yang diorder kedalam tahapan-tahapan proses mulai awal sampai
delivery. Berbeda dengan arrange order, alokasi order biasanya memiliki periode
schedulling yang lebih pendek, yaitu sekitar 2 – 4 minggu , kecuali jika suatu
Line benar-benar mendapat order yang kapasitasnya melebihi dari 30
hari ( tentunya ketentuan ini bervariasi disetiap perusahaan ). Tidak semua
item dimulai dari proses awal, inilah pentingnya database WIP, beberapa
komponen-komponen pendukung reguler juga distock dalam batas optimal di
masing-masing divisi. Sistem memberikan pergerakan barang persediaan diseluruh
tahapan.
Istilah lain dari Alokasi Order yaitu
Dispatching, aktivitas pengeluaran work order/perintah kerja pada bagian produksi
terkait. Item-item produk yang ter-alokasi berarti sudah memiliki
raw material yang complete. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan
alokasi & Monitoring order :
- PPIC memastikan kesiapan capasitas produksi, biasanya untuk order-order dengan kapasitas yang melebihi, jika masih berada direntang capasitas produksi yang disepakati, dan sudah terinput ke dalam database, asumsi yang digunakan yaitu bagian produksi setuju berapapun jumlah order yang diturunkan selama tidak melebihi capasity. Sistem Line memberikan fleksibilitas tinggi. Anda pernah melewati jalur puncak-Bogor ? Anda pernah mendengar sistem Buka Tutup jalur ? Konsepnya seperti ini, dengan menerapkan sistem line, PPIC dapat menerapkan sistem buka-tutup, menambah kapasitas di line tertentu, dengan terlebih dahulu mengurangi atau bahkan menutup line lainnya, tentunya dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan produksi, terutama perihal capasitas mesin dan ketersediaan personel.
- Mengkomunikasikan ke bagian Sales, untuk diteruskan ke Customer, jika karena sesuatu hal, harus dilakukan schedule yang berbeda, terutama jika terjadi percepatan dan perlambatan penyelesaian.
- Melakukan response yang cepat jika terjadi masalah yang menyebabkan keterlambatan, denan mengambil option re-Schedulling atau mengontrol Delay.
- Memastikan order yang sudah ter-alokasi ( dalam sistem) ter-Print out agar bisa dikerjakan oleh bagian produksi. Ini sangat penting, karena print out Work order menjadi dasar bagi personel di lantai produksi. Untuk itu Work Order harus memberikan Informasi-informasi penting terkait : 1) Nama item product, 2) Component Material, 3) Code numeric atau Barcode, 4) Quantity, 5) Tanggal mulai produksi ( start date ) , 6) Tanggal target selesai ( Finish Date), 7) Info lain terkait dengan Spesifikasi produt ( warna, dimensi, dll ), 8) No. Regristasi Customer Order, 9) No. Regristasi Work Order, 10) Identifikasi untuk mampu telusur proses. Konsep yang saya sampaikan ini biasa disebut dengan “ KANBAN” dibeberapa perusahaan Jepang. Tidak hanya informasi diatas, penerapan sistem Kanban menuntut adanya standarisasi tempat-tempat penyimpanan. Misal, product dalam sebuah Box berisi maksimal 400 pcs, jika order dari customer untuk item ini totalnya 1000 pcs, maka Work Instruction Sheet/Kartu kanban terpecah menjadi 3 sheet. Berturut-turut memiliki quantity 400, 400, 200 pcs/sheet. Dengan masing-masing sheet memiliki No. Regrestasi sendiri ( angka dan barcode), dalam prosesnya, Shet-sheet ini selalu mengikuti pergerakan produk. Sepintas memang terlihat boros kertas, tapi melihat akurasi dan kemudahan dalam processingnya, saya pikir masih jauh lebih besar manfaatnya. Saya rekomendasikan sistem ini untuk anda terapkan .
- Melakukan monitoring terhadap progress di setiap stasiun kerja (work station). Delay di satu station akan mempengaruhi ketepatan waktu station didepannya. Jika benar-benar ini terjadi, PPIC harus mengambil langkah-langkah untuk melakukan koordinasi dengan bagian-bagian terkait untuk mendapatkan solusinya.
- System bersifat Close Loop atau siklus tertutup, untuk setiap Perintah kerja / Work Instruction, progress dan Resultnya harus dapat dimonitor sehingga menjadi informasi balik yang akurat untuk seluruh bagian terkait ( glass wall management ), mulai dari Sales, PPIC, bagian Operation, dan Management.
Penutup
Sepanjang karir saya dalam industri manufacture, PPIC merupakan bagian yang sangat unik.JIka melihat personel HRD, Finance, Produksi, Engineering, GA, Logistic, Continous Improvement (CI), dan QC, mereka ini memiliki basic knowledge yang bisa terpakai jika diterapkan di perusahaan yang bergerak dalam industri berbeda. Dengan tingkat adaptasi relatif lebih mudah, orang-orang yang berada dalam spesialisasi yang saya sebut diatas tingkat perputarannya relatif tinggi, apalagi bagian HRD bsia saya sebut luar biasa tinggi.
Berbeda kondisinya dengan PPIC ( dan R&D), basic knowledge tidak banyak membantu jika orang-orang ini berpindah kerja di indsutri dengan bidang dan model operasi yang berbeda. Tidak bisa 'Copy Paste'. Mereka seperti mulai dari awal dalam memahami total system yang berkaitan dengan Produksi, Logistic, Marketing, bahkan Finance. Barangkali tiga fungsi yang saya sebut terakhir relatif mudah, namun system produksi memerlukan pemahaman yang sangat tinggi. Karena pengetahuan dan pemahaman terhadap keempat system ini merupakan basic knowledge saat memasuki perusahaan yang baru, ini saya asumsikan anda tidak memiliki masalah dalam komunikasi dan interpersonal saat masuk dalam organisasi perusahaan yang baru lho ya. melihat situasi ini, saya sangat maklum jika perpindahan orang PPIC ke perusahaan lain biasanya berada dalam bidang yang sejenis atau mirip, akan lebih safe. Dan saya sangat kagum plus Salut bagi anda, yang berani keluar dan mencoba memasuki bidang industri yang berbeda.
Sepanjang karir saya dalam industri manufacture, PPIC merupakan bagian yang sangat unik.JIka melihat personel HRD, Finance, Produksi, Engineering, GA, Logistic, Continous Improvement (CI), dan QC, mereka ini memiliki basic knowledge yang bisa terpakai jika diterapkan di perusahaan yang bergerak dalam industri berbeda. Dengan tingkat adaptasi relatif lebih mudah, orang-orang yang berada dalam spesialisasi yang saya sebut diatas tingkat perputarannya relatif tinggi, apalagi bagian HRD bsia saya sebut luar biasa tinggi.
Berbeda kondisinya dengan PPIC ( dan R&D), basic knowledge tidak banyak membantu jika orang-orang ini berpindah kerja di indsutri dengan bidang dan model operasi yang berbeda. Tidak bisa 'Copy Paste'. Mereka seperti mulai dari awal dalam memahami total system yang berkaitan dengan Produksi, Logistic, Marketing, bahkan Finance. Barangkali tiga fungsi yang saya sebut terakhir relatif mudah, namun system produksi memerlukan pemahaman yang sangat tinggi. Karena pengetahuan dan pemahaman terhadap keempat system ini merupakan basic knowledge saat memasuki perusahaan yang baru, ini saya asumsikan anda tidak memiliki masalah dalam komunikasi dan interpersonal saat masuk dalam organisasi perusahaan yang baru lho ya. melihat situasi ini, saya sangat maklum jika perpindahan orang PPIC ke perusahaan lain biasanya berada dalam bidang yang sejenis atau mirip, akan lebih safe. Dan saya sangat kagum plus Salut bagi anda, yang berani keluar dan mencoba memasuki bidang industri yang berbeda.
Berikut 3 Tips dasar bagi PPIC
Leader ( Chief atau Manager level ) agar sukses dalam industri manufacture :
1. Memahami seluruh prosedure
operasional terkait dengan produksi, inventory, logistic, marketing. Tidak
hanya tekstual, tetapi kondisi actual wajib untuk dipahami. Knowledge ini akan
sangat berguna dalam menganalisa permasalahan yang melibatkan beberapa bagian.
Pemahaman mutlak akan prosedure menjamin rasa hormat personel dari bagian
lain.
2. Memahami proses produksi dengan
aktual & detail. Jika anda berfikir, bisa memahaminya dengan hanya
mempelajari flowchart, Instruksi kerja, SOP, dll. Ini masih sangat kurang,
Pemahaman anda sebagai orang PPIC harus sama baiknya dengan skill &
knowledge Supervisor dan Manager Produksi bahkan lebih baik, jika PPIC
berperan sebagai 'Rule Maker' .
3. Positioning yang jelas dan tepat.
PPIC bukanlah perpanjangan tangan Produksi dan Marketing. Untuk itu dengan
dilandasi dua poin diatas, PPIC harus berada di posisi yang proporsional,
dengan fokus pada target utama, yaitu ketepatan Delivery dan Stabilitas
Capasitas Produksi.
Saya sadar sepenuhnya artikel ini
bukanlah sebuah manual book yang berisi ratusan halaman tentang detail alur
proses, prosedure, sistem informasi, dll. Sulit bagi saya untuk mentransfer
secara lengkap ke dalam format tulisan yang singkat ini. Karena setiap
manufacture memiliki modelproduction planning yang (sedikit) berbeda, maka artikel dapat berperan sebagai kondsep dasar
dan cara berpikir. Tentunya masih banyak aspek yang bisa dikembangkan dalam mensupport
manufacture dalam memenuhi kepuasan pelanggan dari sisi realisasi
product.
Akhir kata, ditengah berbagai
kekurangan, semoga artikel ini memberikan manfaat bagi rekan-rekan dalam
membangun sistem Production Planning dan Inventory. Sehingga, untuk kedepannya,
perusahaan anda memiliki grand desain sistem production planning dan inventory
yang terintegrasi dengan sistem IT yang mudah dipahami, efektif, akurat, update
dan mampu menyajikan informasi secara real time.
Terima kasih.
Untuk Mememudahkan Proses/Pengerjaan PPCI Kami Menyediakan Software PPIC. untuk lebih jelasnya silahkan kontak 0813 9227 3257
No comments:
Post a Comment